pada seni karawitan atau seni musik jawa notasi disebut

Adapun dalam karawitan Jawa pelog artinya nada hiasan atau nada kromatik. 112 Kelas XII SMA MA SMK MAK 2. Karawitan Jawa Notasi yang digunakan untuk gending atau karya musik Jawa adalah nada- nada Kepatihan, yang diciptakan oleh R.M.T. Wreksodiningrat sekitar tahun 1910 di Surakarta. Nadadan tangga nada pentatonis ini memiliki istilah sendiri terutama untuk seni karawitan Jawa dan Sunda. Tangga nada pentatonis sendiri terbagi atas dua tangga nada, yaitu pelog dan slendro. Dalam musik karawitan jawa seringkali kita dengar istilah laras slendro dan laras pelog, kedua laras tersebut dalam istilah musik modern bisa disebut DefinisiKarawitan adalalah Musik Indosesia yang bersistem nada pentatonic (berlaras pelog dan slendro) yang tata garapnya telah menggunakan tata notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, sifat, patet ( tangga nada) instrumentalia (gamelan), vocal, atau campuran instrumen dan vocal, enak didengar untuk diri sendiri dan orang lain notasimusik Barat menjadi bagian yang sangat penting dari budaya musik mereka. Sebuah partitur yang berisi notasi permainan semua instrumen musik dan/atau vokal dalam ansambel tertentu sudah cukup untuk disebut sebagai komposisi musik. Menurut Becker, notasi musik adalah teknologi Barat yang mengimplikasikan teorinya sendiri. InstrumenBentuk instrumen gamelan Gong Gede ada dua jenis yakni : 1. Berbentuk bilah. 2. Berbentuk (moncol). Menurut Brata, instrumen yang berbentuk bilah ada dua macam : bentuk bilah bulig, dan bilah mausuk. Bentuk bilah bulig bisa disebut dengan : metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin. Site De Rencontre En Ligne France Gratuit. Gamelan pada karawitan Bali. Foto dikenal sebagai daerah yang kental akan seni dan budaya. Selain memiliki berbagai kesenian tari yang mendunia, Bali juga memiliki pertunjukan musik tradisional, yakni karawitan Bali. Meski identik dengan kultur Jawa, karawitan tak hanya dapat kita temukan di daerah tersebut. Namun juga di berbagai daerah lainnya di Indonesia, termasuk buku berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kesenian Karawitan oleh Eka Septiani, karawitan merupakan seni yang mengedepankan kehalusan dan kelembutan. Hal tersebut tercermin dalam teknik permainannya yang halus dan memiliki kerumitan hanya itu, karawitan juga dapat diartikan sebagai ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui media suara, baik vokal maupun instrumental yang berlaraskan slendro atau Musik KarawitanMenurut Hanun Adhaninggar dalam buku Musik Tradisional, berdasarkan bentuk dan fungsinya, karawitan dapat dibagi menjadi tiga jenis, antara lainJenis karawitan ini menyajikan berbagai nyanyian yang dikenal dengan tembang. Adapun penyanyi yang membawakan tembang dalam karawitan disebut dengan pesinden penyanyi wanita dan wiraswara penyanyi pria.Sesuai dengan namanya, jenis karawitan ini menyajikan pertunjukan alat musik, yakni gamelan. Pergelaran karawitan secara umum dapat digolongkan menjadi dua macam, yakni karawitan pakurmatan dan karawitan karawitan ini merupakan gabungan antara karawitan vokal dan karawitan instrumental. Pertunjukan karawitan yang satu ini menyajikan unsur vokal dan unsur instrumental secara Bali. Foto Kanal Bali/ BaliKarawitan erat kaitannya dengan penggunaan gamelan. Di Pulau Dewata, gamelan disebut dengan gambelan. Menurut buku Ensiklopedi Mini Karawitan Bali karya Pande Made Sukerta, perkembangan karawitan Bali terjadi secara signifikan pada periode 1970 hingga berkembangnya zaman, keberadaan karawitan Bali menyebar di penjuru Pulau Dewata. Melansir laman saat ini hampir setiap desa di Bali memiliki gamelan. Setidaknya dalam satu desa dapat ditemukan dua hingga tiga gamelan. Adapun jenis gamelan yang berkembang hingga saat ini ialah gong menjawab perkembangan zaman, karawitan Bali juga mengalami pengembangan komposisi unsur musik. Dibandingkan versi lawas, karawitan Bali kini memadukan variasi nada dan melodi yang lebih buku Seni Budaya untuk SMA/SMK/MA/MAK Kelas XII oleh Agus Budiman, dkk., karawitan Bali menerapkan notasi dasar atau notasi dingdong. Notasi tersebut menggunakan lambang bahasa Kawi atau bahasa Jawa berkembangnya zaman, notasi dingdong juga digunakan untuk menotasikan berbagai jenis gending pada gamelan Bali. Bentuk notasi tersebut dapat dikonversikan pada notasi angka. Berikut rinciannyaNdong dibaca dong, merupakan simbol musik nada dibaca deng, merupakan simbol musik nada dibaca dung, merupakan simbol musik nada dibaca dang, merupakan simbol musik nada dibaca ding, merupakan simbol musik nada uraian tentang karawitan Bali, semoga bermanfaat! Titi Laras Slendro Titi Laras sering disebut sebagai notasi dalam seni musik, yaitu lambang atau simbol-simbol untuk menunjukkan tinggi rendah suatu nada berupa angka atau simbol lainnya. Tangga nada inilah yang dikenal dengan istilah Titi Laras atau biasa disingkat menjadi laras. Dalam seni musik Karawitan, titi laras memegang peranan penting dan praktis, karena dengan menggunakan titi laras kita dapat mencatat, mempelajari dan menyimpannya untuk dapat dipelajari dari generasi ke generasi. Istilah Titi dalam bahasa Jawa, dapat diartikan sebagai angka, tulis, tanda, notasi, atau lambang. Sedangkan istilah Laras seperti tersebut di atas dalam pengertian ini berarti susunan nada atau tangga nada. Ada 2 jenis titi laras atau laras dalam Karawitan Jawa, yaitu Laras Slendro, secara umum suasana yang dihasilkan dari laras Slendro adalah suasana yang bersifat gembira, riang, ringan, dan terasa lebih ramai. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya adegan perang, perkelahian, atau baris diiringi gamelan laras slendro. Penggunaan laras slendro juga dapat memberikan kesan sebaliknya, yaitu sedih, sendu atau bahkan romantis. Misalnya pada gending yang menggunakan laras slendro miring. Nada miring adalah nada laras slendro yang secara sengaja dimainkan tidak tepat pada nada-nadanya. Oleh karena itu banyak adegan rindu, percintaan kangen, sedih, sendu, kematian, merana diiringi gendhing yang ber-laras slendro miring. Laras Pelog, secara umum menghasilkan suasana yang bersifat memberikan kesan gagah, agung, keramat dan sakral khususnya pada permainan gendhing yang menggunakan laras Pelog Nem. Maka dari itu banyak adegan persidangan agung yang menegangkan, adegan masuknya seorang Raja ke sanggar pamelegan tempat pemujaan, adegan marah, adegan yang menyatakan sakit hati atau adegan yang menyatakan dendam diiringi gendhing-gendhing laras Pelog. Tetapi pada permainan nada-nada tertentu laras pelog dapat juga memberi kesan gembira, ringan, dan semarak, misalnya pada gendhing yang dimainkan pada laras Pelog Barang. Laras Slendro mempunyai susunan sebanyak 5 nada, yaitu 1-2-3-5-6 baca ji-ro-lu-ma-nem. Sedangkan laras Pelog mempunyai susunan sebanyak 7 nada, yaitu 1-2-3-4-5-6-7 baca ji-ro-lu-pat-ma-nem-pi. Kedua laras tersebut dalam teori nada dikategorikan sebagai nada 'pentatonis' mempunyai 5 nada. Pembahasan yang lebih mendalam lagi, laras Pelog bisa dibagi lagi menjadi 2 laras yang berbeda, yaitu laras Pelog Bem dan laras Pelog Barang. Pelog Bem 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 6 ji ro lu pat ma nem Pelog Barang 2 - 3 - 4 - 5 - 6 - 7 ro lu pat ma nem pi Maka sebenarnya laras dalam gamelan Jawa ada 3, yaitu laras Slendro, laras Pelog Bem, dan laras Pelog Barang. Walaupun demikian, kenyataannya kedua laras Pelog itu, biasanya disusun dalam satu kesatuan yang lazim disebut sebagai gamelan laras Pelog, dimana susunan nada-nadanya umumnya terdiri dari nada 1-2-3-4-5-6-7. Penyebabnya adalah, nada-nada 2-3-4-5-6 pada gamelan laras Pelog Bem dan laras Pelog Barang, merupakan nada-nada yang frekuensinya sama. Maka, penyatuan laras Pelog Bem dengan laras Pelog Barang dalam satu susunan nada, sebenarnya lebih didasaridari segi kepraktisan. Memang, dalam sejumlah komposisi gendhing, secara terbatas ada juga permainan nada yang memang menggunakan kedua susunan nada Pelog secara bersamaan. Apa itu Pathet Patet ? Pathet/Patet/Papatet/Patutan adalah semacam mode dalam musik Gregorian sebagai ragam tangga nada dalam karawitan Indonesia, khususnya pada gamelan Jawa, Sunda, dan Bali. Perbedaan pilihan akan membedakan tingkat, sifat, dan suasana musiknya. Dalam pergelaran wayang kulit, penetapan dan pergantian patet besar sekali peranannya. Pergantian patet biasanya meningkat, sejalan dengan meningkatnya jalan ceritera. Hal yang menarik dari nada gamelan adalah jika ditinjau dari segi jarak antara satu nada ke nada yang lain. Gamelan laras Slendro secara umum dinyatakan mempunyai jarak antar nada dinyatakan sama. Sedangkan pada gamelan laras Pelog, jarak antar nada dinyatakan tidak sama. Ini merupakan gambaran umum yang dikenal di masyarakat. Meski demikian, hasil diskusi ternyata menyatakan berbeda. Jarak antar nada sebenarnya agak sedikit berbeda, baik pada gamelan laras Slendro, maupun pada gamelan laras Pelog Bem dan gamelan laras Pelog Barang. Perbedaan ini, disebabkan adanya unsur 'rasa' saat memainkan nada-nada gamelan pada saat-saat tertentu. Sebagai gambaran, pada permainan gamelan Jawa dikenal ada 3 'Pathet', yaitu Pada permainan menggunakan gamelan laras Slendro, ada 3 Pathet, yaitu Pathet Nem, Pathet Sanga, dan Pathet Manyura. Pada permainan menggunakan gamelan laras Pelog, ada 3 Pathet, yaitu Pathet Lima, Pathet Nem, dan Pathet Barang. Namun, di antara pathet nem dan pathet sanga pada permainan gamelan laras slendro dan di antara pathet lima dan pathet nem pada permainan gamelan laras pelog; dikenal adanya pathet transisi, yang disebut pathet lindur’. Sedangkan di antara pathet sanga dan pathet manyura pada permainan gamelan laras slendro dan di antara pathet nem dan pathet barang pada prmainan gamelan laras pelog; dikenal adanya pathet transisi, yang disebut pathet nyamat’. Sumber - M. Soeharto, Kamus Musik, Grasindo. - Bram Palgunadi, Serat Kanda Karawitan Jawa, Mengenal Seni Karawitan Jawa. - Bram Palgunadi, Nada Gamelan Jawa yang Ajaib, AbstrakNotasi Karawitan Jawa merupakan sebuah metode pencatatan permainan musik Ia dilahirkan setelah terjadi proses interaksi budaya yang cukup intensif antara orang-orang yang berlatar budaya Jawa dengan budaya Barat. Sebelumnya masyarakat karawitan Jawa tidak mengenal notasi. Sistem pewarisan permainan musiknya dilakukan dengan cara tradisi lisan. Notasi Karawitan pertama kali diperkenalkan di pusat-pusat kebudayaan Jawa, yaitu di ibu kota kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, pada akhir abad ke-19. Tidak kurang dari delapan macam sistem notasi diperkenalkan dan dikembangkan untuk mendokumentasi-kan gending Jawa agar tidak Pada perkembangan selanjutnya notasi karawitan digunakan sebagai alat untuk belajar menabuhgamelan. Dari ke delapan sistem notasi tersebut, hanya notasi Kepatihan yang dapat bertahan hingga Notasi Kepatihan dapat bertahan dalam waktu yang lama, karena sistemnya relatif sederhana dan terbuka untuk dikembangkan. Pemanfaat-an notasi angka tidak hanya untuk dokumentasi dan pembelajaran gamelan, tetapi juga untuk pengkajian ilmu karawitan. Dampak dari penggunaan notasi Kepatihan secara terus menerus dan sangat dominan, menjadikan penyajian karawitan menjadiseragam. Sebuah kondisi yang bertentangan dengan sifat karawitan Jawa itu sendiri, dimana keterbukaan terhadap berbagai gaya permainan dan penghargaan terhadap keberagaman lebih mengurangi dampak negatif, pemanfaatan notasi Kepatihan dalam proses belajar Karawitan harus ditempatkan kembali sebagai alat bantu ingatan para pemusiknya. Pengembangan sistem notasi Kepatihan lebih diarahkan untuk keperluan dokumentasi terhadap perbendaharaangarap dan teknik karawitan yang mulai hilang dari ingatan para pemusik Kata kunci karawitan, notasi, pencatatan, dan gamelan notation is one method for recording the playing of Javanese gamelan. It arose from the intensive cultural interaction between those from Javanese and Western backgrounds. Before this, theJavanese karawitan community did not know of notation, transmitting the music orally. Notation was first introduced towards the end of the 19th century in the centres of Javanese culture the court cities of Surakarta and Yogyakarta. No fewer than eight systems of notation were introduced and developed to document Javanese gendhing to prevent them from being lost. A subsequent development was the use of notation as a tool for teaching how gamelan should be played. From these eight systems, only the Kepatihan notation has survived to this has been able to survive for so long because it is relatively simple and easily modified. The use of cipher notation has not been restricted to documentation and pedagogy, but also to develop theoriesof gamelan music ilmu karawitan. The impact of Kepatihan’s widespread and continual use has been the standardisation of gamelan performances, a condition at odds with the character of Javanese karawitan which prioritises an openness to different styles of playing and respects diversity. To reduce this negative impact, theuse of Kepatihan notation in teaching should return to being a mnemonic tool for musicians, and developed as a tool for documentation of garap and techniques that are beginning to be karawitan, notation, recording, and recording. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Tempat dimana para seniman bisa dengan bebas berkreasi dan berkesenian. Dengan sistem permainan karawitan Jawa yang sangat luwes dan sangat toleran terhadap keberagaman, sehingga setiap penyajian komposisi karawitan Jawa adalah sebuah proses penciptaan baru Rusdiyantoro 2019. Karena Gameland dikonsep untuk mendapatkan pengalaman bermain yang nyata, para seniman tidak akan kehilangan konsep rasa atau embat ketika bermain karawitan. ...Fajar Abed NegoDenis SetiajiKarawitan performing arts is one of the branches of art in Indonesia. The performing arts, which are based on music, still exist are carried out by art activists or karawitan artists. Karawitan is also one of the performing arts that has the potential to develop to the global scene. On the other hand, technology is growing rapidly, forcing everyone to continue to innovate in order to keep up with the world's technological currents. Gameland is one of the innovations sparked for the development of karawitan shows. Although it is still a design, it will be very possible to implement it in the future. The research conducted for Gameland design used descriptive quality methods. By using virtual metaverse technology, this design is expected to be able to be a medium for developing karawitan performances, improving the economy of artists, and promoting culture. Through Gameland's digital technology, artists can play and perform karawitan performances anywhere, anytime, and with anyone without being limited by space and time. Gameland exists as an effort to adapt to the progress of the era so that karawitan artists can continue to exist and develop with seamless connectivity relationships through the virtual world, the metaverse.... 3 Sajian karawitan yang bersifat mandiri, digunakan untuk kepentingan hayatan Haryono 2015 4 Wilayah Karesidenan Surakarta meliputi Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten 5 Irama adalah pelebaran dan penyempitan gatra Martapangrawit 1975 6 Notasi Kepatihan bukan hanya untuk pendokumentasian gending agar tidak lenyap, tetapi juga dipakai untuk pedoman bagi para penabuh dalam kegiatan menabuh gamelan. Bagi seorang komposer, notasi Kepatihan digunakan sebagai media interaksi dengan para pemusik ketika akan memproduksi menyajikan karyanya Rusdiyantoro 2018 7 Ricikan struktural yaitu ricikan yang permainannya ditentukan oleh bentuk gending atau dapat juga dibalik, permainan antar ricikan struktural membangun pola, anyaman, jalinan atau tapestry ritmik maupun nada kalau bukannya melodik yang kemudian membentuk atau memberi bentuk atau struktur pada gending Supanggah 2007 8 Penulisan notasi dengan cara "diperlebar" banyak ditemui dalam ladrang dengan susunan balungan ngadhal, silakan melihat contoh notasi Ladrang Tedhak Saking, Tirta Kencana dan Lipursari. Penulisan "diperlebar" digunakan untuk kepentingan praktis-menghindari penggunaan tanda mastrip j , supaya pengrawit dapat membaca dengan mudah 9 Cengkok atau sekaran adalah konfigurasi nada dan/atau ritme yang telah ditentukan ukuran panjangnya, biasanya sepanjang satu gatra atau kelipatan ganda atau parohanya, atau sepanjang kalimat lagu pendek Supanggah 2009 10 Penulis sengaja memilih contohcontoh yang ditampilkan dalam artikel ini berada dalam tataran irama dadi, karena gending lampah tiga banyak disajikan di dalam irama dadi 11 Transkripsi merupakan proses penulisan bunyi-bunyian sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke dalam bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi Purba 2014 12 Disebut juga Niyaga yang berarti pemain gamelan Darminto., ...Wahyu Thoyyib PambayunNanang Bayu AjiGending lampah tiga composed by Harjasubrata in the 1950s. At the very beginning of its existence, lampah tiga composition focused and working on vocals, so gending lampah tiga has not been equipped with settled garap instruments. Most pengrawits find it hard to present gending lampah tiga, especially on ricikan gender, this is because the information about genderan lampah tiga is still limited. This article is entitled “Garap Genderan in Gending Lampah Tiga”, the problem described in this article is how to present garap genderan in gending lampah tiga. The method that used to solve the problem in this article is to analyze and transcribe the presentation of gending lampah tiga, then writer hopes to provide an offer about how to interpret genderan in gending lampah tiga and to give a “little” contribution of thoughts for the development of karawitan Arifin Hari KaryonoWawan GunawanPenggunaan Aplikasi di sekolah SMAN 15 Surabaya sangat penting dalam proses pembelajaran. Aplikasi berguna bagi proses pemahaman siswa terhadap materi notasi musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan dan mengembangkan penggunaan Sibelius 7 pada pembelajaran seni musik khususnya penelitian notasi. Penelitian pengembangan ini bersumber dari data kualitatif dan kuantitatif. Diperoleh skor hasil lembar pengisisan angket berupa form. Hasil penelitian menunjukkan validitas Aplikasi Sibelius 7 pada pembelajaran seni musik materi penulisan notasi musik kelas XI di SMAN 15 Surabaya tahun pelajaran 2020/2021 yaitu 1 menurut ahli berada pada kualifikasi sangat baik yaitu 88,47%, dan 2 berdasarkan uji coba perorangan berada pada kualifikasi sangat baik yaitu 80,47%. Disimpulkan bahwa Aplikasi Sibelius 7 dalam pembelajaran seni musik penelitian notasi di SMAN 15 Surabaya terbukti bahwa produk layak dipakai dalam proses pembelajaran seni musik. Kejelasan materi yang disajikan, kemudahan akses, serta kemenarikan aplikasi Sibelius 7 membuat sehingga siswa dapat belajar secara mandiri. Abstract. The use of applications at SMAN 15 Surabaya is very important in the learning process. This application is useful for students' understanding of musical notation material. This study aims to introduce and develop the use of Sibelius 7 in learning the art of music, especially notation research. This development research is sourced from qualitative and quantitative data. The score obtained from the questionnaire filling sheet in the form of a form. The results of the study show the validity of the Sibelius 7 application in learning the art of music writing material for class XI music notation at SMAN 15 Surabaya for the 2020/2021 academic year, namely 1 according to experts, it is in very good qualification, namely and 2 based on the test individual trials are in very good qualifications, namely It was concluded that the Sibelius 7 application in learning the art of music notation research at SMAN 15 Surabaya proved that the product was suitable for use in the process of learning the art of music. The clarity of the material presented, the ease of access, and the attractiveness of the Sibelius 7 application make it possible for students to study Notaties en Transscripties en Over de Constructie van GamelanstukkenJ S Brandts BuysVan ZijpBrandts Buys, -van Zijp. "Omtrent Notaties en Transscripties en Over de Constructie van Gamelanstukken".Ki DewantaraHadjarDewantara, Ki Hadjar. 1963. Sari Swara. YogyakartaTuntunan Belajar Rebab. Surakarta SMKI SurakartaDjumadiDjumadi. 1985. Tuntunan Belajar Rebab. Surakarta SMKI Dikarang dan ditulis Surakarta akhir abad ke 19GondapangrawitBuku GendingSlendroGondapangrawit. Buku Gending Slendro. Surakarta Dikarang dan ditulis Surakarta akhir abad ke 19Harrap's Illustrated Dictionari of Music and MusicianHarrap's ReferenceHarrap's Reference. 1989. Harrap's Illustrated Dictionari of Music and Musician. London Clark Robinson Jawa dan Bayangbayang Kolonial. Yogyakarta Pustaka PelajarS MarganaMargana, S. 2004. Pujangga Jawa dan Bayangbayang Kolonial. Yogyakarta Pustaka Vocal yang Berhubungan dengan Karawitan. Surakarta Dewan Mahasiswa ASKI SurakartaR L MartopangrawitMartopangrawit, 1967. Tetembangan Vocal yang Berhubungan dengan Karawitan. Surakarta Dewan Mahasiswa ASKI Jawa Gaya Surakarta 3 jilid. Surakarta Penerbit ASKI SurakartaMlayawidadaMlayawidada. 1977. Gending-gending Jawa Gaya Surakarta 3 jilid. Surakarta Penerbit ASKI Notasi Gendhing Jawa di Surakarta Suatu Rumusan Sejarah Nut Ranté" dalam Seni Pertunjukan IndonesiaMarc PerlmanPerlman, Marc. 1991. "Asal-usul Notasi Gendhing Jawa di Surakarta Suatu Rumusan Sejarah Nut Ranté" dalam Seni Pertunjukan Indonesia. Jurnal Masyarakat Musikologi Indonesia Tahun II No. 2 1991, halaman 36-68. Surakarta Yayasan Masyarakat Musikologi Indonesia bekerjasama dengan STSI-Press Karawitan Pada Masa Pemerintahan Paku Buwana X, Mangkunagara IV, dan Informasi OralSlamet RustopoT SuparnoWaridiRustopo, Slamet Suparno, T., Waridi. 2007. Kehidupan Karawitan Pada Masa Pemerintahan Paku Buwana X, Mangkunagara IV, dan Informasi Oral. Surakarta Penerbit ISI Press dan Noot AngkaSindusawarnoSindusawarno. 1960. "Radyapustaka dan Noot Angka", dalam Nawa Windu Radyapustaka halaman 57-63. Surakarta Paheman Radyapustaka Hidup dan Pengabdian Ki SindusawarnoSuhatnoSuhatno. 1981. " Riwayat Hidup dan Pengabdian Ki Sindusawarno" dalam Biografi Tokoh-tokoh Cendekiawan Kebudayaan, halaman 1-48 ed. Tashadi. Yogyakarta Balai Penelitian Sejarah dan Budaya Pradongga. Weltevreden Indonesische DrukkerijRaden SulardiBagusSulardi, Raden Bagus. 1916. Serat Pradongga. Weltevreden Indonesische Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal di JawaSumarsamSumarsam. 2003. Gamelan Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal di Jawa. Yogyakarta Penerbit Pustaka Karawitan I. Jakarta Penerbit The Ford Foundation bekerjasama dengan Masyarakat Seni Pertunjukan IndonesiaRahayu SupanggahSupanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta Penerbit The Ford Foundation bekerjasama dengan Masyarakat Seni Pertunjukan Jawa Nganggo MusikF W WinterWinter, 1883. Tembang Jawa Nganggo Musik Kanggo ing Pamulangan ed. Winter Batavia Landsdrukkerij. Musik tradisional ialah musik yang hidup dan berkembang secara turun temurun di suatu daerah. Dengan istilah lain musik tradisional disebut karawitan. Karawitan ialah kesenian daerah yang diwujudkan dalam bentuk bahasa bunyi. Menurut pendapat Suryana dalam Budiwati 1985 Karawitan merupan musik daerah-daerah di Indonesia. JawabanKarawitan adalah seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog.[1] Kesenian ini terkenal di Pulau Jawa dan Bali. Istilah karawitan berasal dari bahasa Jawa yaitu kata "rawit" yang berarti halus dan lembut.[2] Jadi karawitan berarti kelembutan perasaan yang terkandung dalam seni dapat dibagi menjadi 3, yaituKarawitan sekarKarawitan gendingKarawitan sekar gendingPenjelasannah itu jawabannya kalau menurut gue semoga bermanfaat.... Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrument sebagai pernyataan musical yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit – belit, tetapi rawit juga bararti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis dalam laras slendro dan pelog yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memilikia fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar. Seni gamelan jawa mengandung nilai-nilai histories dan filsofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan jawa merupakan salah satu seni budaya yang siwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk kategori pusaka Timbul Haryono, 2001. Secara filosofis gamelan jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikaian disebabkan filsafat hidup masyarakt Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jwa serta berhubungan dekat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin Jawa Kuno. Arti kata gamelan, sampaio sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalahalat untauk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering digembal namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul Trimanto,1984. Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing Trimanto, 1984. Diambil dari buku Seni Karawitan Jawa, Dr. Purwadi, dan Drs. Afendy Widayat. 2006

pada seni karawitan atau seni musik jawa notasi disebut