sifat buruk orang nias

mankepada Qadla dan Qadar adalah termasuk pokok-poko k iman yang enam (Ushûl al-Îmân as-Sittah) yang wajib kita percayai sepenuhnya.Belakangan ini telah timbul beberapa orang atau beberapa kelompok yang mengingkar i Qadla dan Qadar dan berusaha mengaburka nnya, baik melalui tulisan-tu lisan, maupun di bangku-ban gku kuliah. Tentang kewajiban iman kepada Qadla dan Qadar, dalam sebuah hadits DikenalSosok Diam, Irwan Mussry Tegur Maia Estianty, Ada Sifat Buruk yang Terus Dilakukan Diduga perceraian Maia Estianty akibat munculnya orang ketiga, yakni Mulan Jameela. Senin, 6 September 2021 02:01 Disadurdari NU Online dalam artikel berjudul "Sifat Orang Beriman yang Disebutkan Rasulullah saw" Al Ghazali menyebut bahwa ada beberapa hadits yang menyebutkan keterkaitan erat antara keimanan dan akhlak terpuji. Memiliki hubungan persaudaraan yang baik. Ini sebagaimana yang ada dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim yang memiliki arti "Orang yang beriman Orangyang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya tidak nyaman sudah barang tentu sangat tidak baik. Kehidupan sosial orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak penting. Tujuan hidup anda adalah yang paling penting. Budayamemiliki sifat yang dinamis atau tidak statis. Artinya bahwa budaya itu tidak selamanya tetap dipertahankan sebagaimana originalnya. kebiasaan buruk yang sering terjadi di Nias ialah budaya menjatuhkan orang lain (fadőni ahe). Sikap mental dan cara berpikir seperti itu masih kental dalam kehidupan orang Nias. Ketika orang lain mulai Site De Rencontre En Ligne France Gratuit. Sepanjang hidup, sebagai manusia kita akan terus memilah-milah mana sifat baik yang perlu ditanamkan dalam diri dan mana sifat buruk yang harus dijauhi. Jangan malah bersikap kurang peduli sampai kita dikuasai berbagai sifat yang kurang itu sampai terjadi, tentu banyak orang enggan berteman dengan kita. Kehidupan kita pun akan dipenuhi berbagai persoalan. Seperti tujuh sifat berikut ini yang wajib kita Cuma suka memanfaatkan kerja keras orang lainIlustrasi pria bergembira ini bakal kelihatan banget saat seseorang berada dalam kelompok. Dia sering menghindari tugas dan orang lainlah yang mengerjakannya. Akan tetapi untuk urusan hasilnya, dia gak pernah mau ketinggalan sampai gak kebagian hasilnya. Hasilnya dikurangi sedikit demi memberi upah lebih pada yang bekerja paling keras saja, dia gak akan terima. Bahkan kalau bisa, semua hasilnya buat dia saja. Nyebelin banget, kan? Ada peribahasa yang cocok dengan sifat seperti ini. Yaitu, 'awak yang payah membelah rayung, orang lain yang beroleh sagunya'. Artinya, kita yang bersusah payah, tetapi orang lain yang mendapatkan manfaatnya. Jangan sampai sifat ini ada pada kita, ya!2. Selalu hanya mengikuti perkataan orangIlustrasi pria menutupi mulut dua kemungkinan dari sifat hanya suka mengikuti perkataan orang lain. Bisa asal menurut saja terhadap berbagai perintah atau saran. Bisa pula membeo alias meniru ucapan orang jarang, orang dengan sifat ini berlagak pintar. Sebab ucapan yang ditirukannya memang berasal dari orang pintar. Sayangnya, bukannya digunakan untuk bahan belajar, malah seperti buat bergaya saja. Cocok banget dengan peribahasa 'berlidah di lidah orang'.3. Curang dan rakus, mau diberi tetapi tak mau memberiIlustrasi wanita bertopang dagu memang harus seseimbang mungkin. Kalau kita suka diberi, sesekali kita juga harus bergantian memberi. Biar orang lain juga merasa senang mengetahui dirinya diperhatikan. Makin menyebalkan jika gak pernah mau memberi, tetapi kalau dirinya gak diberi langsung sewot dan merasa dianaktirikan. Ini berbeda dengan bila seseorang memang gak memiliki kemampuan memberi. Kalau sebenarnya mampu, dia menjadi perwujudan dari peribahasa 'di padang orang berlari, di padang sendiri berjingkat'.4. Suka banget mencela orang lain padahal diri sendiri gak lebih baikIlustrasi pria berwajah serius Rasanya memang gak ada sih, pencela yang lebih baik daripada orang yang dicelanya. Sebab kalau dirinya lebih baik, pasti merasa mencela orang lain itu sama sekali gak ada untungnya. Lain dengan orang yang sebenarnya gak lebih baik dari yang dia berharap celaannya bisa membuat dirinya tampak lebih baik ketimbang orang itu. Padahal sih, orang-orang gak semudah itu tertipu. Ini nih, peribahasa yang cocok untuknya, 'mengata dulang paku serpih, mengata orang awak yang lebih'. Baca Juga 5 Peribahasa Banjar Mengekspresikan Sifat Manusia, Ada Sifat Haus Puji 5. Gak peduli sesalah apa pun, asal masih keluarga atau teman sendiri tetap dibelaIlustrasi pria berkacamata berarti kita perlu menyudutkan teman atau saudara yang melakukan kesalahan. Itu hanya akan membuat mereka merasa lebih buruk. Namun paling gak, jangan lantas seperti membutakan diri pada salah dibilang benar hanya lantaran pelakunya masih orang terdekat kita. Sebaliknya, yang menjadi korban justru kita sudutkan. Ini namanya kita sudah gak bisa bersikap objektif. Memang sih, ada peribahasa 'tidak ada orang menggaruk ke luar badan'. Artinya, memihak teman atau saudara itu sudah menjadi hal biasa. Akan tetapi yang terbaik tetaplah gak kehilangan objektivitas dan rasa keadilan dalam menilai serta menyikapi apa Kalau mendapatkan kesenangan gak berbagi pada orang lain, kalau susah langsung minta tolongIlustrasi pria dalam masalah tolong atau sekadar menceritakan kesulitan yang tengah dihadapi tentu boleh-boleh saja. Namun semestinya diimbangi dengan kemauan untuk berbagi kesenangan pada orang-orang yang biasa dituju kala malah dia selalu cuma ketiban gak enaknya. Sebab lama-kelamaan, orang setulus apa pun juga bisa menjadi malas menolong atau mendengarkan cerita kesedihan kita kalau begini. Mereka akan mengaitkan kita dengan peribahasa 'kalau laba bercikun-cikun, buruk diberi tahu orang'.7. Parah, berusaha mengubah nasib sendiri saja gak mauIlustrasi wanita yang tak bersemangat dengan sifat begini bakal kentara banget gak niat hidup. Semangatnya menjalani hari seperti gak ada. Apalagi memperjuangkan mimpi dan berusaha mewujudkan masa depan yang cerah. Padahal, itu adalah tanggung jawab masing-masing orang. Namun dia malah kerap seperti hendak menyampirkannya ke pundak orang lain. Dia main pasif saja, cuma menunggu uluran tangan orang. Pas banget dengan peribahasa yang menohok ini, 'seperti orang mati, jika tiada orang mengangkat, bila akan bergerak'.Jelas banget kan, betapa buruknya ketujuh sifat di atas? Yuk, sama-sama kita berintrospeksi dan bersungguh-sungguh biar gak menjadi pribadi dengan tujuh sifat itu. Baca Juga Tak Sadar 5 Sifat Buruk Ini Bisa Buat Orang Lain Terganggu IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. Karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani sebagaimana disyarahkan oleh Syekh Muhammad Nawawi Banten mengutip keterangan ulama yang menyebutkan 10 sifat paling dibenci Allah SWT pada karyanya Nashaihul Ibad. Karya Imam Al-Asqalani menyebut 10 sifat buruk yang patut dijauhi. Syekh M Nawawi Banten dalam karyanya Nashaihul Ibad pada halaman 63 mengatakan bahwa sifat-sifat buruk yang dibenci Allah sebenarnya lebih dari sepuluh. Hanya saja 10 sifat ini merupakan sifat yang paling dibenci Allah. أكبر بغضا من غيرهم Artinya, “Tetapi 10 hal ini paling dibenci dibandingkan hal lainnya,” Syekh M Nawawi Banten, Nashaihul Ibad, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah tanpa tahun], halaman 63. Imam Al-Asqalani menyebut secara rinci 10 sifat-sifat buruk yang perlu dijauhi 1. Kebakhilan orang kaya. Sifat bakhil melenyapkan sifat kemanusiaan dan menetapkan sifat kebinatangan. 2. Kesombongan orang fakir miskin. 3. Ketamakan ulama. 4. Kehilangan rasa malu kalangan perempuan. Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Ad-Dailami yang artinya, “Orang yang tidak memiliki rasa malu, maka tidak ada agama padanya. Siapa saja yang tidak malu di dunia, niscaya ia tidak masuk surga.” 5. Cinta duniawi hubbud duniya orang-orang tua setengah baya ke atas. 6. Kemalasan anak-anak muda. 7. Kezaliman penguasa. Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Al-Hakim yang artinya, “Siapa saja yang meridhai penguasa dengan sesuatu yang membuat Allah murka, niscaya ia telah keluar dari agama Allah.” 8. Rasa takut para tentara/militer dalam menghadapi musuh. Rasa takut adalah kelemahan jiwa yang merintangi tentara untuk berhadapan dengan tentara musuh. 9. SIkap ujub ahli zuhud. Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Abu Nu'aim yang artinya, “Siapa saja yang memuji dirinya sendiri atas sebuah amal saleh, maka pujiannya itu salah jalan dan gugurlah pahala amalnya.” 10. Sikap riya para hamba Allah yang ahli ibadah/ubbad. Syekh Nawawi Banten mengutip hadits riwayat Ad-Dailami yang artinya, “Waspadalah kalian mencampur ketaatan kepada Allah dengan menyukai pujian manusia karena dapat mengugurkan amal kalian.” Syekh Nawawi Banten menambahkan catatan pengecualian atas pujian orang lain tanpa ia sendiri menyukainya karena hal itu tidak termasuk riya. Syekh Nawawi Banten mengutip hadits riwayat Imam Muslim dari sahabat Abu Dzar RA yang mengisahkan pertanyaan sahabat, “Bagaimana pendapatmu wahai Rasul tentang seseorang yang berbuat baik dan orang lain memujinya?’ Rasulullah SAW menjawab, Demikian itu adalah kabar gembira yang cepat bagi orang beriman.’” Semua ini patut menjadi catatan agar masing-masing orang dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kapasitasnya dan menjauhkan sifat-sifat tercela. Wallahu a’lam. Penulis Alhafiz Kurniawan Editor Abdullah Alawi Masyarakat Nias sering dibenci oleh orang lain karena sifat keras kepala dan tegas yang mereka miliki. Meski demikian, budaya dan masyarakat Nias sebenarnya memiliki banyak kekayaan yang patut diapresiasi, seperti adat dan tradisi unik serta keberagaman etnis yang tersebar di pulau sebelum menyebut seseorang benci terhadap suku Nias, mari kita mengenal lebih dalam tentang budaya dan masyarakat Suku Nias DibenciSebelum memulai, perlu diketahui bahwa tujuan pembuatan artikel ini bukanlah untuk menjelek-jelekkan orang atau suku adil jika suku Nias dianggap sebagai orang jahat. Orang Nias pada umumnya baik dan tidak ada informasi yang membenarkan jika suku Nias banyak orang dari luar pulau Nias yang masuk ke daerah tersebut, bahkan ada yang menetap dan menikah dengan orang Nias, ini menunjukkan bahwa suku Nias terlahir sebagai orang yang baik seperti suku lainnya di Nias sangat memperhatikan harga diri dan menggunakan prinsip "sökhi mate moroi aila", yang berarti lebih baik mati daripada mengalami dapat memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah bahwa orang Nias dianggap sebagai suku dengan martabat yang tinggi yang harus dijaga, dipertahankan, dan sisi negatifnya adalah bahwa prinsip ini menyebabkan orang Nias memiliki jiwa egois yang dapat menyebabkan perselisihan dan ketidakharmonisan di suara orang Nias umumnya keras, kepribadian mereka biasanya penuh perhatian dan demikian, mereka juga memiliki sifat yang kuat dan tegas saat menyampaikan ciri ciri orang Nias?Orang Nias yang tinggal di daerah Nias Utara, Nias Tengah, dan Kota Gunungsitoli umumnya memiliki bentuk wajah oval dan berambut hitam, serta memiliki kulit putih dan postur tubuh orang Nias yang tinggal di Nias Selatan, terutama Teluk Dalam, sering memiliki wajah lojong dengan rahang keras dan postur tubuh begitu, mereka juga memiliki kulit putih seperti orang China, namun matanya tidak suku Nias keras?Orang Nias umumnya memiliki sifat keras dan tegar, sesuai dengan budaya pejuang perang yang mereka membantu masyarakat Nias dan budayanya bertahan di tengah serbuan budaya pejuang Nias sudah ada selama bertahun-tahun, ketika desa-desa di sana saling memproklamirkan perang antar desa atau antar suku terjadi karena rasa dendam atau masalah perbudakan. Fatele Tari Perang - niasoke Indonesia memiliki banyak suku yaitu sekitar suku bangsa menurut data BPS tahun 2010. Masing-masing suku memiliki ciri khas dan bahasa daerah yang berbeda-beda. Salah satunya adalah suku Nias yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Beginilah sikap dan perilaku masyarakat Nias yang berada di Kepulauan bekerjasama dan bergotong royong dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan peribahasa nias atau amaidola “Aoha noro nilului wahea, aoha noro nilului waoso, alisi tafadaya-daya, hulu tafadaya-daya”.Gemar melaksanakan owasa pesta besar. Pada zaman dahulu owasa tidaklah sembarangan untuk dilaksanakan, kepada setiap orang yang telah melakukan owasa maka berhak mendapatkan gelar sanuhe Kepala. Namun pesta sekaran yang dimaksud seperti pesta pernikahan, kematian, kelahiran dan acara-acara ucapan syukur menghormati tamu, setiap tamu yang datang akan disuguhkan sirih afo sebagai wujud penghormatan kepada tamu tersebut. Afo sering kita temui di acara-acara penting adat dipuji, disanjung, dan sangat mempertahankan harga diri. Hal ini dapat dilihat dari peribahasa “Sokhi mate moroi aila” Labih baik mati daripada malu. Hal ini dapat diartikan secara postif maupun negatif. Secara positif diartikan masyarakat Nias adalah masyarakat yang berbudaya, bermatabat dan beradab, sehingga lebih baik mati untuk mempertahankan itu dari pada harus menanggung malu. Jika diartikan secara negatif, masyarakat Nias sulit maju, sulit berkembang dikarenakan mempertahankan gengsi dan harga berdamai, perilaku masyarakat yang penuh cinta kasih, rukun dan damai menjadi keseharian masyarakat Nias, ini dibuktikan dari kebiasaan masyarakat Nias yang suka berkumpul dengan keluarga besar. Mudah tersinggung, dalam hal yang menyangkut unsur suku dan adat istiadat apabila yang kurang sesuai ini bisa menjadi salah satu pemicu yang kuat untuk aturan, pada dasarnya masyarakat Nias memegang teguh budaya yang dimiliki dan taat aturan. Hal ini terbukti dari kebiasaan yang dilakukan masyarakat Nias dalam keseharan, mulai dari pernikahan, kelahiran, pemberian nama anak hingga kematian. Semua telah ditulis dalam aturan kebiasaan sesuai kesepakatan dan beberapa sikap dan perilaku masyarakat Nias yang berada di Kepulauan Nias. Berbagai suku di Nias ”Pulau Nias ini diduduki oleh sejumlah besar suku-suku.“ Beginilah ditulis oleh Edrisi pada tahun 1154. Edrisi lahir pada tahun 1099 di Ceuta, studi di Cordua, kemudian mengadakan perjalanan panjang dan akhirnya menetap di Sisilia. Untuk raja itu dia menulis suatu buku geografis yang cukup tebal. Antara lain Edrisi menulis tentang pulau Niyan Nias, bahwa “padat penduduknya”, bahwa disitu ada “satu kota besar” dan bahwa “pulau ini diduduki oleh sejumlah besar suku-suku.” Tradisi lisan di Gomo menyebut 6 leluhur atau suku yang diturunkan dari Ibu Sirici. Mereka ini tergolong sebagai penghuni pertama di pulau Nias. Mereka ini secara singkat diuraikan dalam silsilah orang-orang Nias oleh dua Misionaris, Sundermann dan Thomas, sesuai dengan tradisi lisan pada waktu itu, sekitar pada tahun 1885 . Kedua misionaris itu menyebut 2 pohon silsilah tambo. Pohon pertama menyebut penghuni asli Nias yang dinilai kurang manusiawi atau seperti hantu dan roh jahat. Dan baru kemudian diuraikan keturunan yang sungguh manusia niha dalam pohon kedua. Orang Nias menyebut diri mereka sebagai Ono Niha anak-anak dari manusia dan pulau tanah air mereka disebut Tanö Niha tanah manusia. Ia turunkan anaknya yang ke-6, Ibunda Sirici. Lukisan dari P. Johannes M. Hämmerle. Penghuni Nias yang pertama Grup Etnis dari bawah niha moroi tou Inilah manusia dari dunia bawah [moroi ba mbanua tou], penghuni gua yang tergolong periode awal Mesolitikum. Mereka menganut budaya epi-paleolitik Hoa Binh yang terkenal dari Vietnam. Terbukti melalui ekskavasi di Gua Tögi Ndrawa di dekat Gunungsitoli pada bulan Agustus 1999 oleh Museum Pusaka Nias bekerjasama dengan Universitas Airlangga. Batu yang di gunakan manusia yang di temukan di Gua Tögindrawa. Ekskavasi berikut oleh Balai Arkeologi Medan. Tögi Ndrawa, artinya Gua Orang Asing. Gua ini sudah dihuni lebih tahun yang lalu. Leluhur mereka disebut Latura Danö atau Nazuwa Danö atau Ba’uwa Danö. Ada beberapa variasi namanya. Masalahnya, dalam penelitian DNA patriliniar Y-Chromosom keturunan mereka tidak ditemukan. Gen mereka belum ditemukan pada masyarakat Nias yang hidup saat ini. Grup Etnis yang berkulit putih niha safusi Leluhur mereka Bela, dan mereka disebut Ono Mbela anak dari Bela. Ekskavasi di Gua Tögi Ndrawa dilakukan, karena tradisi lisan bicara tentang manusia gua. Ternyata benar. Tradisi lisan tidak boleh diremehkan. Lebih banyak lagi tradisi lisan bicara tentang suku Ono Mbela, yaitu manusia yang hidup di atas pohon. Mereka pemilik hutan dan marga satwa di rimba sokhö utu ndru’u. Manusia dari etnis atau suku lain yang hendak memburu di hutan, harus minta izin dari mereka dengan memberi persembahan sesajen. Pada tahun 1985 masih dapat dilihat persembahan yang diletakkan di bawah pohon. Grup Etnis di Sungai cuhanaröfa Leluhur mereka oleh tradisi lisan di Nias disebut Cuhanaröfa. Grup Etnis dengan kepala besar sebua gazuzu Leluhur mereka Nadaoya, yang dipandang juga sebagai roh jahat atau iblis yang memangsa. Grup Etnis di Sebelah bawah air terjun sihambula Disebut juga Sihambula yang tinggal di sebelah bawah air terjun dan Awuwukha, yang tinggal di jurang terjal. Grup Etnis di sebelah bawah air barö nidanö Tiada kemungkinan, orang hidup di bawah air. Besar kemungkinan, orang yang dimaksudkan disini adalah orang atau satu suku yang tenggelam dalam Tsunami. Bagi mereka ini dipakai juga istilah Bekhu Nasi hantu laut. Ternyata, bahwa suku Niha manusia yang menuturkan tradisi lisan, mengutamakan sukunya sendiri dan tidak mau membuang untuk menceriterakan kepada kita berita tentang penghuni pertama di pulau Nias. Siapakah orang-orang ini dan apakah mereka benar-benar ada? Sudah pasti ada orang-orang di pulau, sebelum kelompok etnis saat ini tiba. Hal ini dikonfirmasi oleh catatan sejarah dan penelitian arkeologi. Beberapa kelompok yang dijelaskan ini mungkin hanya cerita mitologi, tetapi yang lain, terutama orang yang tinggal di gua dan di pohon, memang ada. Mereka kemungkinan adalah kelompok suku Austronesia yang telah diisolasi di Nias. Beberapa orang Nias sekarang memiliki rambut keriting, yang mungkin merupakan hasil gen dari penghuni-penghuni pertama di Nias. Penghuni Nias yang disebut Niha manusia Menurut mitologi mereka, orang-orang Nias awalnya, hidup di dunia atas surga, dan nenek moyang asli menurunkan mereka ke bumi Pulau Nias. Grup Etnis dari atas moroi yaŵa Niha manusia Ibu Nazaria menurunkan satu orang leluhur dari grup manusia itu. Belum jelas siapa dia itu, entah Ho atau Hia atau Hia-Ho. Dalam Hoho disebut Ho pada awal mula Ho ba mböröta. Penelitian DNA menemuka kesamaan suku Nias dengan suku-suku di Filipina dan Taiwan. Sedangkan suku-suku asli di Taiwan berasal dari Yunan, Cina Selatan. Saudara jauh? Kiri suku-suku di Taiwan. Kanan suku-suku di Filipina. Dalam ke-2 silsilah tertua yang ditulis oleh Sundermann dan Thomas diakui, bahwa sudah ada suku-suku lain di Nias, sebelum suku Niha datang. Grup Manusia ditaksir masuk ke Nias sekitar tahun 1350 M. Mereka ini membawa kemajuan di sektor pertanian, peternakan, teknik menenun, pertukangan kayu, pandai besi, tukang emas yang datang dari Padang Lawas Sumatra, arsitektur rumah, adat-istiadat/budaya, penghormatan terhadap orangtua dan para leluhur, patung leluhur, budaya megalitik, silsilah, dll. Mengingat bahwa pada waktu itu dinasti Ming menguasai laut di Asia Tenggara sampai ke Afrika, mengingat juga bahwa pada waktu itu di Singkuang, kota di muara sungai Batang Gadis yang berhadapan dengan Nias, terdapat suatu koloni orang Cina serta satu galangan kapal lih. buku Tuanku Rao, maka sangat mungkin suku Niha di Nias berasal dari situ. Terdapat cukup banyak indikasi untuk teori itu. Sebagai suatu perbandingan kita dapat melihat suku Mandailing, yang merupakan suatu suku campuran antara Jawa, Cina dan Bugis. Para leluhur suku Niha yang terkenal adalah Ibunda Siraso, Hia dan Ho. Mereka berdomisili di Sifalagö Gomo. Penelitian yang dilakukan Balai Arkeologi Medan di Sifalagö Gomo menemukan bukti kehadiran Niha di Sifalagö Gomo pada tahun sekitar 1350 atau sekitar 600-700 tahun yang lalu. Imigrasi sebelum Hia? Leluhur Daeli, terhitung 42 generasi dalam silsilah. Leluhur Ho, terhitung 56 atau 59 generasi dalam silsilah. Leluhur Sihai, Sirao, Luomewöna terhitung l/k 60 generasi dalam silsilah untuk marga Zebua . Leluhur Gözö/Baeha, terhitung ca. 40 generasi oleh marga Baeha di Lahewa. Leluhur Daeli berdiam di Tölamaera, Idanoi, dan Gözö di dekat muara sungai Muzöi. Ama Waigi Hondrö di desa Onohondrö menyebut juga suatu rumusan kuno ”Siwa götö niha me löna so Hia.“ Artinya 9 generasi sebelum ada Hia. Maka kita harus mengurangi sekitar 225 tahun dari tahun kelahiran Hia. Dengan melihat banyaknya generasi dari para leluhur di sebelah atas, maka kita harus memperkirakan kedatangan para leluhur itu jauh sebelum Hia. Dengan menghitung 25 tahun untuk satu generasi, imigrasi mereka boleh jadi sbb. Daeli pada tahun ± 950 M , Ho pada tahun ± 600 M, Sihai/Zebua pada tahun ± 500 M, Gözö pada tahun ± 1000 M. Perhitungan ini tidak bermaksud untuk membenarkan angka-angka generasi dalam silsilah-silsilah tersebut di atas. Hanya menggambarkan suatu skenario untuk penelitian lebih lanjut atas sejarah para leluhur di Nias. Rumusan kuno berbunyi Ladada raya Hia, lafailo yöu Gözö, ladada Ho ba ndroi Gaidö, ya'ia börö zanatulö. Hia diturunkan di Selatan, Gözö diturunkan di Utara, Ho diturunkan di lembah Gidö, dia itu sumber perdamaian. Kelompok etnis lain di Nias Wanita dari marga Polem Suku Polem dari Aceh Pada tahun 1639, Iskandar Muda meninggal di Aceh. Tiga tahun sesudah itu, tahun 1642, suku Polem dari Aceh masuk ke Nias dengan memakai 7 biduk. Mereka berlabuh di beberapa tempat di pantai Timur pulau Nias, antara lain di muara sungai Idanoi yang sejak itu disebut Luaha Laraga. Keturunan mereka ditemukan di desa Mudik dan juga di To’ene. Peninggalan dari zaman itu adalah 2 meriam besar yang dapat dilihat di Pendopo di Gunungsitoli dan di depan mesjid tertua di Mudik. Suku orang Bugis Orang Bugis tinggal di pulau-pulau kecil di seluruh Indonesia. Suku Bugis terkenal sebagai perantau. Dalam tradisi lisan Nias terdapat beberapa petunjuk tentang kehadiran mereka di pulau Nias Laowö Maru di sebelah selatan Gunungsitoli, Masa di hulu sungai Oyo Ulu Noyo, Bahoya di Mazinö dan Bekhua di Telukdalam. Tetapi kini, mereka tidak ada lagi di situ. Keturunan mereka sampai sekarang ditemukan di Pulau Hinako, dan Sirombu dan di Pulau Tello. Di Nias, Bahasa Bugis disebut li mbekhua. Mereka sudah lama meninggalkan bahasa mereka sendiri. Namun bahasa itu masih tersisa dalam nama-nama pulau, nama Pulau Tello. Dulu di Makassar terdapat satu kerajaan dengan nama Tello. Suku Bugis di Hinako pernah diserang oleh orang Aceh dan hampir seluruh warganya dibunuh oleh orang Aceh. Keturunan orang Bugis masih ada di kepulauan Hinako, nama marga adalah Marunduri dan Maru'ao. Sekolah untuk orang Cina di Gunungsitoli 1951. Orang Cina Tionghoa Orang-orang Cina telah datang ke Nias sebagai pedagang selama ratusan tahun dan banyak dari mereka telah menetap di pulau. Keluarga-keluarga Cina telah tinggal di kota-kota dan desa-desa yang lebih besar di sepanjang pantai selama beberapa generasi. Di Gunungsitoli ada banyak orang keturunan Cina. Contoh marga orang Cina yang ada di Nias adalah; Lim Halim, Thio, Wong, Tan dan Gho. Bahasa Nias Bahasa ini sangat tua dan unik, belum diketahui dari mana asal usulnya dan belum dapat digabungkan dengan bahasa-bahasa lain dalam satu rumpun atau keluarga bahasa. Diandaikan bahwa setiap suku baru yang berimigrasi ke Nias, lama-kelamaan meninggalkan bahasa mereka sendiri dan kemudian memakai bahasa Nias bahasa penduduk yang sudah kian hadir di situ. Contoh terbaru ialah orang Bugis di Hinako. Sekitar tahun 1800 mereka meninggalkan bahasa Bugis. Begitu juga keturunan Polem yang beradaptasi di Nias dan berbicara bahasa Nias. Contohnya di desa Mudik. Namun seringkali masih terdapat relik-relik dari bahasa ibu sendiri yang dipertahankan. Saat ini ada sekitar satu juta penutur bahasa Li Niha. Ini termasuk orang Nias etnis yang tinggal di pulau serta beberapa ratus ribu orang Nias yang tinggal di tempat lain di Indonesia. Patung Adu Zatua digunakan dalam pemujaan leluhur. Adat-istiadat dan hukum hada, böwö, huku, agama Secara umum diakui, bahwa adat-istiadat hada, böwö kita di Nias berasal dari Gomo. Tetapi ini tidak berarti, bahwa masyarakat Nias seluruhnya berasal dari Gomo. Pokok dari adat-istiadat seluruhnya adalah adat perkawinan böwö ba wangowalu. Bagian lain yang sangat penting adalah hukum yang dirumuskan pada pesta Fondrakö. Bagian lain lagi ialah agama para leluhur, yakni penghormatan terhadap orang tua pemujaan leluhur. Segala-galanya disampaikan dengan doa dan persembahan kepada orang tua yang telah meninggal atau kepada para leluhur. Segala-galanya dimohon dengan doa dari mereka. Struktur masyarakat Nias adalah patrilineal. Yang termasuk dalam suatu clan atau marga adalah semua orang yang berasal dari seorang leluhur laki-laki si sambua mo’ama. Perkawinan adalah exogamy. Putri-putri dikawinkan dengan suku lain. Atau pengantin perempuan diambil dari suku lain dengan melunasi mas kawin yang cukup tinggi. Dalam hal ini sangat penting untuk memperhatikan pihak Iwa saudara ayah calong mempelai perempuan dan uwu atau sibaya saudara dari ibu mempelai perempuan dihitung 8 generasi kembali. Orang Nias mengubah nama mereka ketika mereka memiliki anak. Mereka mengambil nama anak pertama yang lahir, terlepas jika itu adalah anak laki-laki atau perempuan. Orang tua laki-laki menambahkan "Ama" Ayah dan perempuan menambahkan "Ina" Ibu. Sebagai contoh jika pasangan memiliki anak disebut Sökhifao, orang tua akan dikenal sebagai Ama Zökhi dan Ina Zökhi. Teman dan keluarga akan menggunakan nama ini, sementara nama sebenarnya hanya digunakan untuk tujuan resmi. Tradisi ini masih digunakan di Nias saat ini. Hirarki desa Bangsawan wanita dari Nias Selatan. Orang-orang Nias mempunyai struktur hirarki dan dibagi dalam tiga kelas; bangsawan, orang biasa dan budak. Setiap kelas memiliki tingkat yang berbeda. Para ketua adalah yang tertinggi dari para bangsawan, hampir lebih dekat dengan para dewa dari manusia. Berikutnya adalah bangsawan yang terlibat dalam pimpinan. Pangkat rakyat biasa itu lebih fleksibel dan tergantung pada kekayaannya emas, babi dan budak dan kemampuan untuk memberikan pengorbanan yang diperlukan untuk pesta adat owasa. Budak dibagi dalam tiga tingkat; tahanan dari perang, orang yang tidak bisa membayar hutang mereka, dan penjahat dengan hukuman mati yang telah diampuni. Tawanan perang adalah kategori terendah dan kadang-kadang dikorbankan ketika sebuah kepala diperlukan untuk kegunaan upacara. Sebuah Masyarakat prajurit Sekitar abad ke-11 ketika budak-budak menjadi komoditas, Pulau Nias sering diserbu oleh orang luar. Akhirnya kepala suku Nias juga terlibat dalam perdagangan, dengan menjual musuh yang ditangkap dalam pertukaran untuk emasUntuk waktu yang lama, masyarakat Nias hidup dalam keadaan konflik yang terus-menerus. Sering di keadaan membela diri terhadap perampok budak atau terlibat dalam peperangan antar suku. Masyarakat Nias mengembangkan sebuah budaya perang, berfokus pada membangun pertahanan dan membuat senjata. Pemuda-pemuda dibesarkan untuk menjadi prajurit yang ganas dan pelatihan dimulai pada usia dini. Sebagai hasilnya Nias memiliki pejuang-pejuang kuat, tukang ahli pembangun dan tukang besi, tetapi petani atau nelayan yang kurang terampil. Menjadi prajurit tidak berarti bahwa orang itu selalu harus berjuang. Perencanaan strategis dan licik adalah keterampilan penting dalam masyarakat Nias. Strategi politik olah gerak antara desa dan öri adalah bagian dari perebutan kekuasaan yang konstan. Misalnya sebuah desa bisa berpihak dengan pasukan Belanda untuk menyerang mengalahkan musuh, hanya untuk beralih sisi kemudiannya. Siapa pun yang bisa membujuk orang lain untuk melakukan penawaran mereka dengan kata-kata saja adalah orang yang sangat dihormati. Seni pidato itu sangat dihargai, dan sampai hari ini orang Nias adalah sangat terampil pembicara publik dan memiliki keterampilan politik alami. Marga-marga Nias Di Nias ada sekitar seratus marga. Ini adalah sebagian dari marga yang terkenal HIA Berasal dari Börönadu, Gomo, Nias Selatan. Sekarang tinggal di Nias Barat. TELAUMBANUA Berasal dari Idanoi, Gunungsitoli. Sekarang tinggal di Gunungsitoli, Sawo dan Gomo. GULÖ Berasal dari Sungai Gidö, Nias. Sekarang tinggal di Gidö, Mau dan Mandrehe. ZEBUA Berasal dari Laraga-Ononamölö-Tumöri, Gunungsitoli. Sekarang tinggal di Tumöri, Gunungsitoli dan Mandrehe. HAREFA Berasal dari Onozitoli, Gunungsitoli. Sekarang tinggal di Namöhalu, Lotu dan Gunungsitoli. DAELI Berasal dari Onolimbu, Lahömi, Nias Barat. Sekarang tinggal di Nias Barat. DUHA Berasal dari Negeri To'ene, Nias Selatan. Sekarang tinggal di Teluk Dalam. HULU Berasal dari Gomo, Nias Selatan. Sekarang tinggal di Alasa. LAIA Berasal dari Gomo, Nias Selatan. Sekarang tinggal di Lölöwau, Gidö dan Lölömatua. WARUWU Berasal dari Sungai Gidö, Nias. Sekarang tinggal di Mau dan Mandrehe. Marga-marga yang lain Dachi, Halawa, Mendröfa, Ndruru, Gea, Zalukhu, Zega, Zendrato, Lase, Laoli.

sifat buruk orang nias